Berita dan Artikel Terbaru

image

Menjadi Muslim Profesional Dan Kontributif - Bagian 1

Oleh: Ustadz DR. Firanda Andirja, Lc. MA.

Pada Kesempatan Kali Ini, Kita Akan Membahas Tentang Bagaimana Seorang Muslim Berusaha Menjadi Seorang Muslim Yang Produktif Dan Juga Kontributif Kepada Sesamanya. Topik Ini Merupakan Topik Yang Sangat Cocok Bagi Para Dokter Dan Petugas Kesehatan Yang Sumbangsih Mereka Sangat Diharapkan Oleh Masyarakat Secara Umum Dan Kaum Muslimin Secara Khusus. Terlebih Lagi Kita Mengetahui Bahwa Kesehatan Adalah Nikmat Terbesar. Sampai Timbul Khilaf Dikalangan Para Ulama Tentang Yang Lebih Utama Antara Nikmat Kesehatan Atau Nikmat Keamanan. Akan Tetapi Meskipun Nikmat Keamanan Lebih Utama, Nikmat Kesehatan Menjadi Nikmat Yang Utama Setelahnya. Oleh Karenanya Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam Mengatakan,


أحسن إلى الناسِ تَستعبد قلوبهم *** فطالما استعبدَ الإنسان إحسان.


“Berbuat Baiklah Kepada Orang Lain, Niscaya Engkau Akan Menarik Hatinya *** Betapa Kuat Suatu Kebaikan Untuk Menarik Seseorang”


Dari Sini Menunjukkan Bahwa Betapa Kuat Suatu Kebaikan Bisa Menarik Seseorang. Maka Tatkala Seseorang Sering Meminta Kepada Orang Lain, Maka Dia Akan Menjadi Merasa Hutang Budi. Ibnu Taimiyah Juga Mengatakan,


استغني عن من شئت تكن نظيره، وأحسن إلى من شئت تكن أميره


“Cukuplah Engkau Tidak Butuh Kepada Orang Lain, Maka Engkau Akan Seimbang Dengannya, Dan Berbuat Baiklah Kepada Orang Yang Engkau Kehendaki, Maak Engkau Akan Menjadi Pemimpinnya.”


Jika Semisal Kita Orang Yang Kurang Mampu Dan Memiliki Seorang Teman Yang Berkelebihan, Selama Kita Tidak Pernah Meminta-minta Kepadanya, Maka Teman Kitapun Tidak Bisa Berbuat Apa-apa Terhadap Kita Karena Kita Tidak Pernah Butuh Kepada Dia. Kita Baru Akan Tampak Rendah Di Hadapannya Ketika Kita Meminta Dan Berharap Kepadanya.


Kemudian Tatkala Seorang Bekerja, Maka Akan Semakin Memperkuat Tauhidnya Kepada Allah. Dan Perkara Tauhid Bukanlah Hanya Pada Perkara Yang Dzahir Semata, Akan Tetapi Sampai Kepada Perkara Hati Yang Berharap Kepada Allah Dan Tidak Kepada SelainNya. Bahkan Tatkala Seseorang Bekerja Pada Perusahaan Yang Gajinya Sering Tertunda, Maka Dia Hanya Meminta Kepada Allah Agar Gajinya Dibayarkan Tepat Waktu.


Maka Inilah Pentingnya Bekerja Dan Beraktivitas Dengan Profesi Apapun, Terlebih Lagi Sebagai Seorang Dokter Atau Petugas Kesehatan, Yang Sebagaimana Telah Disebutkan Sbeelumnya, Bahwa Profesi Tersebut Merupakan Profesi Yang Penting Karena Membantu Seseorang Untuk Mendapatkan Kembali Kenikmatan Yang Hilang Dari Dirinya. Dan Penjelasan Di Atas Merupakan Dalil Bahwa Para Sahabat Bekerja, Bahkan Para Nabipun Bekerja Seperti Nabi Daud ‘alaihissalam, Meskipun Beliau Seorang Raja.


Maka Tatkala Seseorang Ingin Pekerjaannya Berkah, Maka Jadikanlah Pekerjaannya Sebagai Salah Satu Bentuk Ibadah Dan Bukan Hanya Sekedar Rutinitas Dunia. Oleh Karenanya Berbeda Antara Orang Jahil Dan Orang ‘alim Dalam Menyikapi Masalah Ibadah. Kalau Orang Jahil Menjadikan Ibadah Sebagai Adat Atau Tradisi, Sehingga Kita Bisa Melihat Bahwa Ada Orang Yang Memakai Jilbab Karena Melihat Orang Lain Memakai Jilbab. Sedangkan Orang Alim Menjadikan Tradisi Sebagai Ibadah. Terkadang Bagi Seorang Alim Melakukan Hal Yang Biasa Dia Lakukan Setiap Hari, Akan Tetapi Karena Dia Senantiasa Memperbaiki Niatnya, Maka Jadilah Perkara Yang Harusnya Merupakan Perkara Murni Dunia Berubah Menjadi Perkara Ukhrawi Yang Berpahala Di Sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Bukankah Allah Subhanahu Wa Ta’ala Telah Berfirman,


لِيُنْفِقْ ذُو سَعَةٍ مِنْ سَعَتِهِ وَمَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ فَلْيُنْفِقْ مِمَّا آتَاهُ اللَّهُ لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا مَا آتَاهَا سَيَجْعَلُ اللَّهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا (7)


“Hendaklah Orang Yang Mampu Memberi Nafkah Menurut Kemampuannya. Dan Orang Yang Disempitkan Rezekinya Hendaklah Memberi Nafkah Dari Harta Yang Diberikan Allah Kepadanya. Allah Tidak Memikulkan Beban Kepada Seseorang Melainkan Sekedar Apa Yang Allah Berikan Kepadanya. Allah Kelak Akan Memberikan Kelapangan Sesudah Kesempitan.” (QS. Ath-Thalaq : 7)

BACA JUGA : Tiga Tingkatan Amar Makruf Nahi Mungkar

Maka Tatkala Seseorang Sedang Bekerja, Hendaknya Hadir Dalam Benak Dia Bahwa Ada Orang Yang Dia Nafkahi Atau Tanggungi. Maka Tatkala Niatnya Tidak Terputus Pada Pekerjaan Semata, Akan Tetapi Juga Meniatkan Untuk Tujuan Menafkahi Atau Membantu Orang Lain, Maka Pekerjaannya Akan Menjadi Ibadah. Dalilnya Adalah Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam,


وَلَسْتَ بِنَافِقٍ نَفَقَةً تَبْتَغِي بِهَا وَجْهَ اللَّهِ، إِلَّا آجَرَكَ اللَّهُ بِهَا حَتَّى اللُّقْمَةَ تَجْعَلُهَا فِي فِي امْرَأَتِكَ


“Dan Tidaklah Kamu Menafkahkan Suatu Nafkah Semata-mata Karena Menharap Wajah Allah, Melainkan Allah Pasti Akan Memberimu Balasannya, Sekalipun Satu Suap Makanan Yang Kamu Berikan Ke Mulut Istrimu.” (HR. Bukhari 5/69 No. 3936)


Dalil Di Atas Sangat Tegas Menunjukkan Bahwa Bekerja Itu Berpahala. Bahkan Dalam Hadits Ini Menunjukkan Bahwa Tatkala Seorang Suami Istri Yang Dalam Kondisi Bermesraan Yang Merupakan Murni Duniawi Dan Tidak Ada Unsur Agama Bisa Berapahala Kalau Dia Memasang Niat Karena Allah Semata. Maka Bagaimana Lagi Dengan Seseorang Yang Keluar Bekerja Di Pagi Hari, Bahkan Menemukan Kesulitan Dalam Pekerjaannya, Kemudian Pulang Malam Hanya Untuk Mencari Nafkah? Sudah Pasti Hal Itu Semua Bernilai Pahala Di Sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala.


Oleh Karenanya Orang Yang Bekerja Dengan Baik, Jujur Dan Amanah Bisa Menjadi Sebab Dia Masuk Ke Dalam Surga. Dan Sebaliknya Orang Yang Bekerja Tidak Jujur Dan Tidak Amanah, Maka Bisa Menjadi Sebab Dimasukkannya Ke Dalam Neraka. Sebagaimana Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam,


إِنَّ التُّجَّارَ يُبْعَثُونَ يَوْمَ القِيَامَةِ فُجَّارًا، إِلَّا مَنْ اتَّقَى اللَّهَ، وَبَرَّ، وَصَدَقَ


“Sesungguhnya Para Pedagang Akan Dibangkitkan Pada Hari Kiamat Sebagai Orang Yang Fajir (berdosa), Kecuali Orang Yang Bertakwa Kepada Allah Dan Yang Berbuat Baik Dan Jujur.” (HR. Timirdzi 3/515 No. 1210)

BACA JUGA : Jadilah Hartawan, Gapailah Kemuliaan!

Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam Yang Lain,


إِنَّ التُّجَّارَ هُمُ الْفُجَّارُ» قَالَ: قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَوَلَيْسَ قَدْ أَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ؟ قَالَ: «بَلَى، وَلَكِنَّهُمْ يُحَدِّثُونَ فَيَكْذِبُونَ، وَيَحْلِفُونَ، وَيَأْثَمُونَ


“Sesungguhnya Para Pedagang Itu Adalah Orang Yang Fajir”. Maka Ada Yang Bertanya; “Ya Rasulullah, Mengapa Anda Mengatakan Bahwa Para Pedagang Adalah Orang Yang Fajir? Bukankah Allah Telah Menghalalkan Jual Beli?” Rasulullah Menjawab; Tentu Allah Telah Menghalalkan Jual Beli. Akan Tetapi Pedagang Tersebut Berkata Tapi Bohong, Mereka Bersumpah Tapi Dusta.” (HR. Ahmad 3/428 No. 15569)


Hadits Di Atas Merupakan Para Pedagang Yang Masuk Neraka. Adapun Para Pedagang Yang Masuk Surga Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam Mengatakan,


التَّاجِرُ الصَّدُوقُ الأَمِينُ مَعَ النَّبِيِّينَ، وَالصِّدِّيقِينَ، وَالشُّهَدَاءِ


“Seorang Pedangan Yang Jujur Dan Amanah Akan Bersama Para Nabi Dan Orang-orang Shiddiqin Dan Para Syuhada.” (HR. Tirmidzi 3/515 No. 1209)

BACA JUGA : Iman Itu Bertambah Dan Berkurang

Dari Hadits Ini Menunjukkan Bahwa Para Pedagang Yang Amanah Dan Jujur Mampu Mengangkat Derajatnya Kepada Derajat Para Nabi, Shiddiqin, Dan Para Syuhada. Maka Inilah Dalil Bahwa Pekerjaan Seseorang Bisa Mengantarkannya Ke Dalam Surga Dan Bisa Pula Mengantarkan Seseorang Ke Dalam Neraka Jahannam. Oleh Karenanya Perlu Untuk Diperhatikan Oleh Para Dokter Dan Petugas Kesehatan, Bahwa Bisa Jadi Pekerjaan Yang Anda Lakukan Bisa Memasukkan Anda Ke Dalam Surga, Dan Bisa Pula Memasukkan Anda Dalam Neraka. Adapun Hal Lain Yang Bisa Mengatarkan Seseorang Ke Dalam Surga Dengan Pekerjaannya Adalah Karena Niatnya Yang Benar, Seperti Meniatkan Untuk Menafkahi Anak Dan Istri, Atau Untuk Membiayai Keluarga Yang Masih Menjadi Tanggunggannya. Dan Jangan Seseroang Meniatkan Pekerjaannya Sebatas Urusan Duniawi Semata. Karena Berbeda Dengan Orang Yang Bekerja Hanya Untuk Memperkaya Diri, Bisa Jadi Pekerjaan Yang Dia Lakukan Tidak Memberikan Pahala Sedikitpun Baginya.


Terlebih Sangat Memungkinkan Untuk Menjadi Pahala Dari Pekerjaan Seorang Dokter Atau Perawat Tatkala Mereka Menyelipkan Nasihat-nasihat Kepada Pasiennya Untuk Mengingatkan Mereka Kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Karena Kebanyakan Seorang Pasien Tatkala Sakit, Dia Akan Pasrah, Patuh Dan Mendengar Pekartaan Dari Dokter Atau Perawat Yang Merawatnya. Mereka Melakukan Itu Karena Ada Rasa Butuh Seorang Pasien Kepada Dokter Atau Perawat Untuk Mendapatkan Kembali Nikmat Kesehatan Yang Hilang Dari Diri Mereka. Bahkan Mungkin Seorang Pasien Akan Lebih Mendengar Perkataan Dokter Dari Pada Perkataan Ustaz. Begitupula Seseorang Yang Bekerja Pada Seorang Pemimpin Yang Sering Memerintahkan Karyawannya Untuk Melakukan Sesuatu Diluar Pekerjaannya. Mereka Pasti Akan Mendengar Dan Patuh Kepada Pimpinannya Karena Rasa Butuh Mereka Kepada Pimpinannya. Saya Pernah Mendengar Ada Seorang Dokter Yang Telah Membuat Banyak Wanita Mengenakan Jilbab. Dan Saya Tidak Yakin Apakah Seorang Ustaz Mampu Untuk Melakukan Apa Yang Dilakukan Oleh Dokter Tersebut. Maka Hendaknya Bagi Seorang Dokter Atau Perawat Menyelipkan Hal-hal Yang Bisa Menambah Nilai Pahala Dari Pekerjaannya, Juga Hal-hal Yang Mengajarkan Kepada Para Pasien Untuk Bergantung Hanya Kepada Allah. Maka Secara Tidak Langsung Dengan Begitu Kita Mendakwahi Mereka. Terlebih Lagi Ketika Kita Bisa Mengingatkan Pasien Tentang Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam,


لَا تَسُبِّي الْحُمَّى، فَإِنَّهَا تُذْهِبُ خَطَايَا بَنِي آدَمَ، كَمَا يُذْهِبُ الْكِيرُ خَبَثَ الْحَدِيدِ


“Jangan Kalian Mencela Demam, Karena Penyakit Itu Dapat Menghilangkan Dosa Anak Adam, Seperti Halnya Kir Membersihkan Karat Besi.” (HR. Muslim 4/1993 No. 2575)


Ada Kisah Menarik Tentang Bagaimana Seorang Perawat Muslimah Mendakwahi Seorang Pasien Wanita Non Muslim. Pasien Tersebut Adalah Seorang Yang Terkenal Di Perancis, Dan Melakukan Percobaan Bunuh Diri Dan Gagal. Akhirnya Dia Dirawat Di Sebuah Rumah Sakit Untuk Pemulihan. Maka Sang Perawat Tersebut Merawat Wanita Tersebut, Dan Meninggalkan Terjemahan Alquran Di Meja Pasien Tersebut, Yang Di Ruangan Itu Tidak Bacaan Yang Lain. Karena Sang Wanita Ini Merasa Bosan, Akhirnya Dia Membaca Terjemahan Alquran Tersebut Hingga Selesai. Dan Akhirnya Hal Tersebut Mengantarkan Wanita Ini Menjadi Muslimah.


Maka Jika Seseorang Ingin Agar Pekerjaannya Mendapatkan Keberkahan Di Sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Hendaknya Dia Memiliki Sifat-sifat Berikut.

BACA JUGA : 

Sumber : firanda.com