Kredit Syariah Lebih Mahal? Ini Penjelasannya
Banyak orang bertanya-tanya, "Kenapa kredit syariah kok lebih mahal dibanding konvensional?" Padahal, syariah seharusnya lebih adil dan bebas riba. Nah, sebenarnya, perbandingan ini tidak selalu tepat jika hanya melihat nominalnya saja. Ada prinsip dasar yang membedakan kredit syariah dengan konvensional, dan inilah yang perlu dipahami sebelum menilai mana yang lebih mahal.
Bukan Soal Harga Murah, Tapi Akad yang Halal
Salah satu kesalahpahaman terbesar tentang kredit syariah adalah anggapan bahwa produk syariah harus lebih murah daripada konvensional. Padahal, esensi kredit syariah bukan untuk menawarkan harga termurah, tetapi menjamin transaksi bebas riba dan sesuai syariat Islam.
Jadi, meski nominalnya mungkin lebih tinggi, yang utama adalah kehalalan dan kepastian akad.
Bandingkan Keduanya dengan Cara yang Adil
Jika ingin membandingkan biaya kredit syariah dan konvensional, lakukan setelah keduanya lunas. Mengapa?
Salah satu kesalahan umum dalam membandingkan kredit syariah dan konvensional adalah hanya melihat angka cicilan per bulan atau biaya di awal, tanpa mempertimbangkan total biaya setelah lunas. Padahal, perbedaan mendasar antara keduanya terletak pada struktur pembiayaan dan risiko biaya tambahan.
Karakteristik Kredit Syariah: Kepastian & Transparansi
1. Harga Tetap dari Awal hingga Akhir
Dalam akad murabahah (jual beli syariah), margin keuntungan sudah ditetapkan di awal dan tidak berubah.
Contoh: Jika Anda membeli motor seharga Rp 20 juta dengan margin Rp 5 juta, total yang dibayar adalah Rp 25 juta (tanpa perubahan).
2.Tidak Ada Bunga Tambahan atau denda
Jika terjadi keterlambatan, layanan kredit syariah tidak akan mengenakan denda berbunga.
3.Semua Biaya Jelas di Awal Akad
Tidak ada biaya tersembunyi seperti asuransi atau administrasi mendadak.
Nasabah bisa menghitung total kewajiban sejak awal tanpa khawatir biaya tiba-tiba naik.
Kredit Konvensional: Bunga Berubah & Biaya Tersembunyi
1. Bunga Bisa Naik Turun Mengikuti Suku Bunga Acuan
Jika Bank Indonesia menaikkan suku bunga, cicilan Anda bisa ikut melambung (terutama pada kredit floating rate).
Contoh: Kredit kepemilikan rumah (KPR) konvensional sering mengalami kenaikan angsuran karena perubahan suku bunga.
2. Ada Biaya Tambahan yang Tidak Transparan
Denda keterlambatan berbunga (bisa menumpuk jika telat bayar).
Asuransi wajib yang nilainya bisa berubah.
Biaya administrasi tambahan yang tidak dijelaskan di awal.
3.Efek Bunga Berbunga (Compound Interest)
Pada kredit konvensional, bunga dihitung berdasarkan sisa pokok + bunga sebelumnya, sehingga total pembayaran bisa membengkak.
Jangan Tertipu Angka Awal!
- Kredit syariah mungkin terlihat lebih mahal di nominal awal, tetapi lebih aman dan terkendali karena tidak ada fluktuasi bunga atau biaya tambahan.
- Kredit konvensional bisa lebih murah di awal, tetapi lebih mahal dalam jangka panjang karena bunga mengambang dan biaya tersembunyi.
Kesimpulan
Jangan hanya lihat nominalnya, tapi bandingkan secara adil antara kredit syariah dan konvensional setelah lunas. Jika ingin benar-benar adil, bandingkan juga dengan sesama layanan kredit syariah, bukan dengan layanan kredit konvensional. Kredit syariah mungkin tidak selalu paling murah, tapi jelas lebih aman dari riba dan memberi ketenangan batin.
"Barang siapa meninggalkan sesuatu karena Allah, maka Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik."
(HR Ahmad: 23074)